PENDAHULUAN
Gastroenteritis
merupakan suatu istilah tidak spesifik untuk berbagai macam gangguan saluran
pencernaan, manifestsai yang dapat muncul seperti diare, mual, muntah, dan
nyeri perut. Keparahan dari penyakit dapat bervariasi dari ringan hingga berat,
bahkan sampai mengancam nyawa. (surawicz 1995)
Gastroenteritis
merupakan salah satu penyakit yang menjadi salah satu penyebab angka kesakitan
yang tinggi di seluruh dunia. Gastroenteritis yang diakibatkan oleh virus
merupakan salah satu penyebab gastroenteritis yang paling banyak dijumpai, baik
di negara maju maupun negara berkembang, sedangkan gastroenteritis yang
disebabkan oleh bakteri merupakan penyebab gastroenteritis yang kedua. Penyakit
gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri sangat berhubungan dengan
higienitas lingkungan, dan banyak ditemui di negara-negara berkembang. (surawicz
1995)
Tidak ada tes diagnostik khusus yang diperlukan pada
kebanyakan pasien dengan Gastroenteritis sederhana. Jika gejala termasuk demam,
tinja berdarah dan diare bertahan selama dua minggu atau lebih, pemeriksaan
feses untuk Clostridium difficile dapat dianjurkan bersama dengan kultur
untuk bakteri.
Penanganan
yang utama dalam gastroenteritis terutama adalah untuk menggantikan kehilangan
cairan dan elektrolit akibat muntah ataupun yang disebabkan oleh diare.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi
Gastroenteritis
merupakan salah satu penyakit yang menjadi salah satu penyebab angka kesakitan
yang tinggi di seluruh dunia. Gastroenteritis yang diakibatkan oleh virus
merupakan salah satu penyebab gastroenteritis yang paling banyak dijumpai, baik
di negara maju maupun negara berkembang, sedangkan gastroenteritis yang
disebabkan oleh bakteri merupakan penyebab gastroenteritis yang terbanyak kedua.
Penyakit gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri sangat berhubungan dengan
higienitas lingkungan, dan banyak ditemui di negara-negara berkembang.
(surawicz 1995)
Di amerika serikat diperkirakan angka kejadian diare akut per
tahun pada orang dewasa mencapai 375 juta kasus, dengan 900.000 orang dirawat
di rumah sakit serta menyebabkan 6.000 orang meninggal dunia. Angka kematian
akibat diare semakin meningkat pada orang usia lanjut.
Di seluruh dunia, angka kejadian diare akut mencapai1,5
miliar kasus, tetapi angka kejadian mengenai diare akut di indonesia sendiri
masih belum terdapat data yang memadai. (konsensus 2009)
2.2 Definisi Gastroenteritis
Gastroenteritis
adalah inflamasi saluaran pencernaan, yang meliputi lambung, usus halus, dan
usus besar yang biasanaya menyebabkan terjadinya diare, nyeri perut, mual, dan
terkadang muntah. Gastroenteritis terkadang dikatakan “flu perut” karena
gastroenteritis sering diakibatkan oleh virus. Meskipun, terminologi ini
membingungkan bagi sebagian orang karena gastroenteritis tidak disebabkan oleh
virus influenza (virus flu). (surawicz 1995)
Diare sendiri didefinisikan sebagai perubahan pada frekwensi
buang air besar menjadi lebih sering dari normal atau perubahan konsistensi
feses menjadi lebih encer atau kedua-duanya. Umumnya disertai dengan gejala
gangguan saluran pencernaan yang lain seperti mual, muntah, dan nyeri perut,
kadang kadang disertai demam, darah pada feses, dan tenesmus (gejala disentri).
Diare juga dapat didefinisikan dari berat tinja lebih dari 200 gram per hari
pada populasi barat, atau kandungan air pada tinja lebih dari 200 cc per hari.
(konsensus 2009)
2.3. Etiologi
Gastroenteritis
dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi yang paling sering menjadi penyebab
adalah virus dan bakteri. Penyebab lain sangat bervariasi, seperti parasit,
toxin, alergi makanan, dan lain-lain.
a. Virus
Virus merupakan
penyebab gastroenteritis yang utama, gejala yang utama muncul adalah diare
berair dan muntah. Gejala lain yang dapat muncul antara lain sakit kepala,
demam, dan nyeri perut. Gejala umumnya muncul 4 sampai 48 jam setelah paparan,
dan berlangsung 1 sampai 2 hari, meskipun demikian gejala dapat terlihat sampai
10 hari. (Roger 2009)
·
Rotavirus: sering menyebabkan diare pada anak,
gejala akan muncul 1-2 hari setelah paparan. Rotavirus umumnya akan
mengakibatkan muntah dan diare cair 3-8 hari, disertai dengan demam dan nyeri
perut, rotavirus juga dapat mengenai orang dewasa, terutama yang kontak erat
dengan anak yang terinfeksi, tetapi gejala yang muncul pada orang dewasa lebih
ringan.
·
Adenovirus: umumnya mengenai anak dibawah 2
tahun, gejala umumnya akan muncul 1 minggu seetelah paparan, gajala yang nampak
antara lain muntah dan diare.
·
Calicivirus: dapat menyebabkan infeksi pada
semua umur, family dari virus ini dibagi menjadi 4 tipe, Norovirus merupakan
virus yang paling sering menjadi penyebab infeksi. Gejala akan nampak 1-3 hari
setelah paparan, gejala yang muncul antara lain muntah, diare, nyeri kepala,
nyeri otot, dan lemas.
·
Astrovirus: dapat menginfeksi bayi, anak-anak
dan orang dewasa. Virus ini umumnya aktif pada musim panas. Muntah dan diare
umumnya muncul 1 -3 hari setelah paparan.
Tabel 1. Virus penyebab Gastoenteritis
(Harisson 2008)
b. Bakteri
Bakteri merupakan
penyebab terbanyak kedua gastroenteritis setelah virus, beberapa mekanisme yang
tejadi pada gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri antara lain karena
proses penempelan bakteri pada lumen usus, maupun toksin yang dihasilkan oleh
bakteri tersebut. (Du Pont 2009)
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman
enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa
kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin.
Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat
mengatasi pertahanan mukosa usus. (Southwick 2003).
Adhesi
Mekanisme adhesi yang pertama terjadi dengan ikatan antara struktur polimer
fimbria atau pili dengan reseptor atau ligan spesifik pada permukaan sel
epitel. Fimbria terdiri atas lebih dari 7 jenis, disebut juga sebagai colonization
factor antigen (CFA) yang lebih sering ditemukan pada enteropatogen seperti
Enterotoxic E. Coli (ETEC)
Mekanisme adhesi yang kedua terlihat pada infeksi Enteropatogenic E.coli
(EPEC), yang melibatkan gen EPEC adherence factor (EAF), menyebabkan
perubahan konsentrasi kalsium intraselluler dan arsitektur sitoskleton di bawah
membran mikrovilus. Invasi intraselluler yang ekstensif tidak terlihat pada
infeksi EPEC ini dan diare terjadi akibat shiga like toksin.
Mekanisme adhesi yang ketiga adalah dengan pola agregasi yang terlihat pada
jenis kuman enteropatogenik yang berbeda dari ETEC atau EHEC.
Invasi
Kuman Shigella melakukan invasi melalui membran basolateral sel
epitel usus. Di dalam sel terjadi multiplikasi di dalam fagosom dan menyebar ke
sel epitel sekitarnya. Invasi dan multiplikasi intraselluler menimbulkan reaksi
inflamasi serta kematian sel epitel. Reaksi inflamasi terjadi akibat
dilepaskannya mediator seperti leukotrien, interleukin, kinin, dan zat
vasoaktif lain. Kuman Shigella juga memproduksi toksin shiga yang
menimbulkan kerusakan sel. Proses patologis ini akan menimbulkan gejala
sistemik seperti demam, nyeri perut, rasa lemah, dan gejala disentri. Bakteri
lain bersifat invasif misalnya Salmonella.
Sitotoksin
Prototipe kelompok toksin ini adalah toksin shiga yang dihasilkan oleh Shigella
dysentrie yang bersifat sitotoksik. Kuman lain yang menghasilkan sitotoksin
adalah Enterohemorrhagic E. Coli (EHEC) serogroup 0157 yang dapat
menyebabkan kolitis hemoragik dan sindroma uremik hemolitik, kuman EPEC serta V.
Parahemolyticus.
Enterotoksin
Prototipe klasik enterotoksin adalah toksin kolera atau Cholera toxin
(CT) yang secara biologis sangat aktif meningkatkan sekresi epitel usus
halus. Toksin kolera terdiri dari satu subunit A dan 5 subunit B. Subunit A1
akan merangsang aktivitas adenil siklase, meningkatkan konsentrasi cAMP
intraseluler sehingga terjadi inhibisi absorbsi Na dan klorida pada sel vilus
serta peningkatan sekresi klorida dan HCO3 pada sel kripta mukosa usus.
ETEC menghasilkan heat labile toxin (LT) yang mekanisme
kerjanya sama dengan CT serta heat Stabile toxin (ST).ST akan
meningkatkan kadar cGMP selular, mengaktifkan protein kinase, fosforilasi
protein membran mikrovili, membuka kanal dan mengaktifkan sekresi klorida.
c. Parasit
Parasit yang
menyebabkan gastroenteritis antara lain giardia, cryptosporidium, dan
entamoeba.
d. Penyebab
lain
Gastroenteritis
dapat disebabkan oleh faktor non infeksi, misalnya disebabkan oleh alergi
makanan, penggunaan antibiotik, toksin, dan efek samping dari beberapa macam
obat.
Tabel 2. Perbedaan gastroenteritis viral dan bakterial (Harrison 2008)
2.4 Gejala
Gastroenteritis
dalam hal ini gejala berlangsung dalam waktu yang pendek (berlangsung 2-5 hari,
tetapi tekadang ada beberapa hari tambahan), gejala yang muncul pada
gastroenteritis antara lain:
·
Diare tidak berdarah
·
Mual
·
Muntah (kadang-kadang, kurang dari 48 jam)
·
Nyeri perut (hilang timbul, karena pergerakan
usus)
Gejala
lain yang dapat muncul antara lain demam ringan (sekitar 37,7°C), terkadang
nyeri kepala, nyeri otot, dan perasaan lelah. Semua gejala di atasa dapat
berkembang menjadi gastroenteritis yang berat seperti dehidrasi, yag mungkin
mengancam jiwa, terutama pada anak-anak.
2.5. Diagnosis
Tidak
ada tes diagnostik khusus yang diperlukan pada kebanyakan pasien dengan
Gastroenteritis sederhana. Jika gejala termasuk demam, tinja berdarah dan diare
bertahan selama dua minggu atau lebih, pemeriksaan feses untuk Clostridium
difficile dapat dianjurkan bersama dengan budaya untuk bakteri, termasuk
Salmonella, Shigella, Campylobacter dan Escherichia coli Enterotoxic.
Mikroskopi untuk parasit, ova dan kista juga dapat membantu.
2.6. Komplikasi
Beberapa
komplikasi yang dapat terjadi pada gastroenteritis apabila tidak mendapatkan
penanganan antara lain:
·
Dehidrasi (ringan, sedang, berat)
·
Gagal ginjal dengan/tanpa asidosis metabolik
·
Sepsis
·
Ileus paralitik
2.7. Penatalaksanaan
a. Terapi
suportif
Tujuan pengobatan
pada gastroenteritis adalah untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang
hilang. rehidrasi oral adalah pengobatan pertama yang dilakukan untuk
memperbaiki kehilangan cairan dan elektrolit akibat muntah maupun akibat diare
yang terjadi. Rehidrasi cairan dan elektrolit dapat diberikan secara oral
maupun intravena. (konsensus 2009).
·
Oral:
Ø Diberikan
pada pasien dengan dehidrasi ringan atau tanpa komplikasi.
Ø Larutan
rhidrasi oral (LRO) dengan komposisi
Natrium 75mmol/L,
Klorida 65mmol/L, glukosa anhidrat 75 mmol/L, kalium 20 mmol/L, sitrat 10
mmol/L = 245 mmol/L
·
Intravena
Ø Diberikan
kepada pasien dengan dehidrasi sedang-berat dan/atau komplikasi lainnya
Ø Resusitasi
dapat diberikan cairan intravena ringer laktat atau ringer asetat.
·
Rumatan
Ø
Ringer laktat
Ø Ringer
asetat + Dekstrosa + asam amino
Ø Normal
salin
Ø Ringer
dekstrosa
Ø Aminofluid
Ø Dan
cairan sejenis lainnya
Gejala
|
Derajat
dehidrasi
|
||
|
Minimal
(<3% dari
berat badan)
|
Ringan-sedang
(3-9% dari berat
badan)
|
Berat
(>9% dari
berat badan)
|
Status mental
|
Baik, sadar
penuh
|
Normal, lemas,
gelisah, iritabel
|
Apatis, letargi,
tidak sadar
|
Rasa haus
|
Minum normal,
mungkin menolak minum
|
Sangat haus,
sangat ingin minum
|
Tidak dapat
minum
|
Denyut jantung
|
Normal
|
Normal sampai
meningkat
|
Takikardi, pada
kasus berat bradikardi
|
Kualitas denyut
nadi
|
Normal
|
Normal sampai
menurun
|
Lemah atau tidak
teraba
|
Pernafasan
|
Normal
|
Normal, cepat
|
Dalam
|
Mata
|
Normal
|
Sedikit cekung
|
Sangat cekung
|
Air mata
|
Ada
|
Menurun
|
Tidak ada
|
Mulut dan lidah
|
Basah
|
Kering
|
Pecah-pecah
|
Turgor kulit
|
Baik
|
< 2detik
|
> 2 detik
|
Isian kapiler
|
Normal
|
Memanjang
|
Memanjang,
minimal
|
Ekstremitas
|
Hangat
|
Dingin
|
Dingin, sianosis
|
Urine output
|
Normal sampai
menurun
|
Menurun
|
minimal
|
Tabel 4. Derajat dehidrasi berdasarkan klinis
(konsensus 2009)
Rasa haus/muntah
|
1
|
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg
|
1
|
Tekanan darah sistolik <60 mmHg
|
2
|
Frekwensi nadi >120x/menit
|
1
|
Kesadaran apatis
|
1
|
Kesadaran somnolen, sopor, atau koma
|
2
|
Frekwensi nafas >30x/menit
|
1
|
Fasies kolerika
|
2
|
Vox kolerika
|
2
|
Turgor kulit menurun
|
1
|
Washer’s woman hand
|
1
|
Ekstremitas dingin
|
1
|
Sianosis
|
2
|
Umur 50-60 tahun
|
-1
|
Umur >60 tahun
|
-2
|
Tabel 5. Daldiyono skor (konsensus 2009)
Kebutuhan
cairan berdasarkan daldiyono skor
Kebutuhan
cairan = skor/15 x 10% kg BB x 1 liter
Metode
daldiyono merupakan metode penggantian cairan berdasarkan skoring atas keadaan
klinis. Selain metode daldiyono, dapat juga dipakai metode yang berdasarkan CVP
dan berat jenis plasma.
CVP
|
Interpretasi
|
Terapi
|
0-5 cmH2O
|
Hipovolemia
|
Penggantian cairan aktif
|
6-12 cmH2O
|
Mungkin hipovolemia
|
Coba pemberian cairan
|
>15 cmH2O
|
Gagal jantung atau over transfusi
|
Hentikan pemberian cairan, bahaya edema pulmoner
|
Tabel 6. Terapi berdasarkan CVP (konsensus
2009)
Range
normal CVP 6-17 cmH2O
Kebutuhan
cairan berdasarkan BJ plasama
Kebutuhan
cairan = BJ plasma – 1,025 x berat badan (kg) x 4mL
0,001
Evaluasi penatalaksanaan
dehidrasi (klasifikasi berdasarkan CDC AS 2008)
Dehidrasi minimal
·
Kebutuhan cairan = 103/100 x 30-40 cc/kgBB/hari
atau
·
Kebutuhan cairan = pengeluaran [feses + IWL (10%
BB)] ditambah 30-40 cc/kgBB/hari
Dehidrasi
ringan-sedang
·
Kebutuhan cairan = 109/100 x 30-40 cc/kgBB/hari
atau
·
Kebutuhan cairan = pengeluaran [feses + IWL (10%
BB)] ditambah 30-40 cc/kgBB/hari
Dehidrasi berat
·
Kebutuhan cairan = 112/100 x 30-40 cc/kgBB/hari
atau
·
Kebutuhan cairan = pengeluaran [feses + IWL (10%
BB)] ditambah 30-40 cc/kgBB/hari
·
Dalam satu jam pertama 50% defisit cairan harus
diberikan. Setelah itu jam berikutnya diberikan sisa defisit, selanjutnya
diberikan sesuai dengan kehilangan cairan berdasar feses (losses).
b. Terapi
etiologis
Pada infeksi
bakteri, dapat diberikan antibiotika sesuai dengan penyebab dari
gastroenteritis. Bila penyebabnya virus, tidak perlu diberikan antivirus, cukup
terapi suportif maupun simptomatis (konsensus 2009)
·
Bakteri
Ø E.Coli
patogen (EPEC), toksigenik (ETEC), Hemoragik (EHEC)
§ Kuinolon
(siprofloxacin 500 mg BID, Norfloxacin 400 mg BID, Levofloxacin 500mg OD)
§ Kotrimoxazol
Ø Salmonella
sp.
§ Kloramfenikol
(500 mg QID),Tiamfenikol (50 mg/kgBB, dosis terbagi QID)
§ Kuinolon
(siprofloxacin 500mg BID, Norfloxacin 400mg BID, Levofloxacin 500mg OD)
§ Kotrimoxazol
Ø Shigella
sp.
§ Kuinolon
(siprofloxacin 500mg BID, Norfloxacin 400mg BID, Levofloxacin 500mg OD)
§ Kotrimoxazol
Ø Vibrio
cholera
§ Tetrasiklin
(500 mg QID, 3 hari)
§ Doksisiklin
(300 mg QD, single dose)
§ Kuinolon
(siprofloxacin 500mg BID, Norfloxacin 400mg BID, Levofloxacin 500mg OD)
Ø Clostridium
diificille
§ Oral
metronidazol (250-500 mg QID 7-14 hari)
§ Oral
vankomisin (125 mg QID 7-14 hari)
§ Probiotik
·
Virus
tidak perlu diberikan antivirus, cukup terapi suportif maupun
simptomatis.
·
Parasit
Ø Giardia
lambia
§ metronidazol
(250-500 mg QID 7-14 hari)
Ø Kriptosporidium
§ Paromomisin
(4g/24 jam dosis terbagi) + Azitromisin (500 mg dosis tunggal, dilanjutkan 250
mg OD selama 4 hari)
Ø Entamoeba
histolitika
§ metronidazol
(250-500 mg QID 7-14 hari)
§ Tinidazol
(2g/24 jam 3 hari)
§ Seknidazol
(1,5g/24 jam selama 5 hari)
§ Paromomisin
(4g/24 jam dosis terbagi)
Tabel 3. Bagan penatalaksanaan diare
infeksius. (harisson 2008)
c. Terapi
simptomatis
·
Antimotilitas
Ø Loperamid
(awal 4 mg, selanjutnya 2 mg setiap BAB cair, maksimal 16 mg/24 jam).
Ø Difenoksilat
(kombinasi loperamid dan atropin, 5 mg 3-4xsehari)
Ø Catatan:
golongan obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan inflamasi berat/IBD,
demam tinggi, dan diare berdarah.
·
Antispasmodik/ spasmolitik
Ø Hyosin-n-butilbomid
(Buscopan/20 mg 2-3x sehari, maksimum 100mg/24 jam)
Ø Ekstrak
balladona (5-10mg, TID)
Ø Papaverin
(30-60mg, TID)
Ø Mebeverine
(10-35 mg, TID)
Ø Catatan:
golongan obat ini tidak boleh diberikan dalam keadaan ileus paralitik.
·
Pengeras feses (stool hardener)
Ø Atapulgit
(2 tab@630mg setelah diare, diulang 2 tab setiap diare selanjutnya, maksimal 12
tab/24 jam)
Ø Smektit
(9g/24 jam, dosis terbagi, TID)
Ø Kaolin-pektin
(2 ½ tab @ 550mg/20mg setiap diare, maksimal 15tab/24 jam).
KESIMPULAN
Saluran
pencernaan atau gastrointestinal tract
merupakan suatu saluran yang tebentuk dari mulut hingga ke anus, dan dibentuk
oleh beberapa organ dengan fungsi yang berbeda.
Gastroenteritis adalah inflamasi saluaran pencernaan, yang
meliputi lambung, usus halus, dan usus besar yang biasanaya menyebabkan terjadinya
diare, nyeri perut, mual, dan terkadang muntah. Gastroenteritis terkadang
dikatakan “flu perut” karena gastroenteritis sering diakibatkan oleh virus.
Meskipun, terminologi ini membingungkan bagi sebagian orang karena
gastroenteritis tidak disebabkan oleh virus influenza (virus flu)
Gastroenteritis dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi yang
paling sering menjadi penyebab adalah virus dan bakteri. Penyebab lain sangat
bervariasi, seperti parasit, toxin, alergi makanan, dan lain-lain. Terapi yang
dapat diberikan pada pasien gastroenteritis dapat berupa terapi cairan, terapi
etiologis, dan terpi simptomatis berdasarkan gejala klinis yang muncul.
DAFTAR
PUSTAKA
Behravesh
et all 2008 Outbreak of
Salmonella Saintpaul Infections Associated with Raw Produce. Massachusets
2010. Available at New english journal medicine.
Daldiyono.
Diare akut dalam buku ajar ilmu penyakit dalam. Pusat penerbitan penyakit dalam
universitas indonesia. Jakarta. 2006.
Du
pont Herbert. Bacterial gastroenteritis. Massachusets 2009. Available at New
english journal medicine.
Fauci
et all. Harrison’s principple of internal medicine. Mc Graw-hill publisher. USA.
2008
Hall
et all. Estimating Foodborne. Gastroenteritis, Australia.
Emerging Infectious Diseases • www.cdc.gov/eid • Vol. 11, No.
8, August 2005
Klempner.
Case 25-2010: A
24-Year-Old Woman with Abdominal Pain and Shock Massachusets 2010.
Available at New english journal medicine.
Konsensus
penatalaksanaan diare akut pada dewasa di indonesia. Perkumpulan
gastroenterologi indonesia. Jakarta 2009.
Roger
et all. Norovirus gastroenteritis. Massachusets 2009. Available at New english
journal medicine.
Southwick
Frederick S. infectious disease in 30 days. Mc Graw-Hill publisher. USA. 2003
surawicz christina,
et all. gastrointestinal and hepatic infections. w.b saunders company.
philadelpia 1995.
Bagus gan.
BalasHapusKeep Posting :)